News | 12 Dec 2014

Festival Gandrung Sewu “Seblang Subuh”

Banyuwangi - Ribuan masyarakat banyuwangi sabtu (29/11/2014) tumpah ruah memenuhi pantai Boom Banyuwangi melebur bersama para wisatawan domestic dan luar negeri menyaksikan pagelaran gandrung sewu yang kali ini bertemakan” Gandrung Sewu Episode Gandrung Seblang Subuh”.

Acara dimulai tepat pukul 15.00 Wib. Sebelum acara gandrung berlangsung, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyerahkan piagam penetapan ‘Gandrung sebagai Warisan Budaya Tak Benda’ dari Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah kepada Dewan Kesenian Blambangan (DKB) mewakili masyarakat Banyuwangi.



Gandrung adalah tari khas Banyuwangi yang kerap menjadi tari pembuka di berbagai acara. Pada Banyuwangi festival, tarian yang menurut muasalnya berkisah tentang terpesonanya masyarakat Blambangan kepada Dewi Sri ini dikemas menjadi pertunjukkan kolosal yang memukau. Melibatkan 1200 penari Gandrung mulai tingkat SD sampi SMA, Gandrung Sewu dipentaskan di Tepi Pantai Boom, sabtu (29/11).

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di sela perhelatan Festival Gandrung Sewu di Pantai Boom, Banyuwangi, mengemukakan pariwisata budaya kini mulai menjadi salah satu tren yang cukup diminati wisatawan, selain wisata alam dan wisata buatan.



Pariwisata budaya akan membuat orang ingin mencari tahu mengenai seni budaya yang ada di suatu daerah. "Salah satu tren wisata yang semakin berkembang adalah pariwisata budaya, yakni jenis pariwisata yang mengandalkan kebudayaan khas sebuah tempat, mulai dari tradisi, kesenian, upacara, hingga kuliner, yang bisa memberikan pengalaman tentang keanekaragaman dan identitas dari sebuah masyarakat. Ini yang sedang kami garap di Banyuwangi," paparnya.

Anas mencontohkan keberadaan Festival Gandrung Sewu, Banyuwangi Ethno Carnival, Batik Festival, atau Festival Kebo-Keboan dan Festival Rujak Soto yang memotret secara lengkap tentang kebudayaan Banyuwangi.

Acara juga dihadiri oleh Putri pariwisata Indonesia 2014 Syarifah Fajri Mauilidiyah dimulai tepat pada pukul 15.00 wib.

Festival Gandrung Sewu yang mengangkat tema “Seblang Subuh” ini diawali dengan munculnya barisan lelaki yang membawa penjor. Mereka adalah mantan prajurit-prajurit Blambangan yang tengah berusaha mengumpulkan rekan-rekan seperjuangannya di masa lalu. Setelah itu masuk puluhan Gandrung Marsan (Gandrung Laki-laki) yang membawakan tarian Gandrung dengan nuansa jenaka.

Pada awalnya, penari Gandrung memang dibawakan seorang laki-laki atau yang biasa disebut Gandrung Marsan. Lambat laun Gandrung berkembang dan lebih banyak dibawakan perempuan. Penari Gandrung perempuan pertama adalah Gandrung Semi.

Kemudian, pertunjukkan kolosal ini dilanjutkan adegan munculnya Gandrung Semi diikuti ribuan penari gandrung berkostum merah yang menghambur dari berbagai arah dan kemudian menyatu di satu titik. Serempak, tarian khas Gandrung tergelar dengan indahnya.

Tarian Gandrung diselingi teatrikal perebutan posisi sebagai gandrung, antara gandrung laki-lakidan gandrung perempuan. Fragmen ini pun dikisahkan berlangsung hingga subuh tiba. Saat terdengar suara adzan subuh, mereka pun tersadar akan kesalahannya. Kedua belah pihak memohon ampun pada Yang Maha Kuasa. Mereka menyadari bahwa menjadi gandrung adalah suratan tangannya, jadi harus dijalani, dan tak perlu diperebutkan. Uniknya, karena bermakna permohonan ampun pada yang maha kuasa, properti yang dibawa para penari gandrung ini selain kipas adalah sapu lidi. Simbolisasi bersih-bersih diri dan mohon ampun ditunjukkan dengan sapu lidi yang mereka bawa. Melanjutkan tariannya, ribuan penari itu pun mengembangkan kipas kuning diiringi dengan munculnya Dewi Sri ditengah-tengah para penari. Kemunculan Dewi padi yang melambangkan kesuburan itu pun mengakhiri pertunjukkan tari kolosal di hari yang memasuki senja. (Kuncoro Budi)

Photo Credit : Dhien Kukuh

TAGS: Festival Gandrung Sewu Gandrung Sewu Seblang Subuh Wisata Banyuwangi



LINKS: