Articles | Seni & Budaya | 28 Sep 2015

Empat Babak dalam Perlombaan Karapan Sapi Madura

Terhitung di setiap Bulan Agustus, September, dan juga Oktober, masyarakat Madura sedang sibuk-sibuknya mengadakan acara tahunannya, yaitu karapan sapi. Biasanya, beberapa kota di madura menyelenggarakan karapan sapi di Bulan Agustus dan September dengan masa pertandingan final di akhir September dan Oktober.

Madura memang menjadi lokasi perlombaan pacuan sapi yang sudah ada sejak dulu. Tak ada yang mengetahui sejak kapan pertandingan karapan sapi di Madura dimulai. Namun, latar belakang hingga perlombaan tersebut biasa terdengar di Madura, saat seorang ulama Sumenep bernama Syeh Ahmad Baidawi memperkenalkan cara cocok bertanam dengan menggunakan sepasang bambu yang ditarik oleh dua ekor sapi. Memang, saat itu tanah Madura sedang kurang subur untuk lahan pertanian, sehingga orang-orang madura mulai beralih profesi menjadi nelayan dan beternak sapi. Dari sanalah masyarakat madura mulai merawat sapi dan menggarapnya sesegera mungkin. Hingga kebiasaan ini menjadi sebuah tradisi karapan sapi di Madura.

Sapi Diberi Jamu
Pelombaan satu ini sebenarnya hanya berlangsung selama 10 detik hingga satu menit. Seorang joki akan berdiri menarik semacam kereta kayu untuk mengendalikan gerak dua ekor sapi di depannya di sebuah lintasan pacu sepanjang 100 meter diiringi dengan gamelan Madura, yaitu Saronen. Pelaksaan karapan sapi dibagi dalam empat babak.

Babak pertama, yaitu seluruh sapi diadu kecepatannya dalam dua pasangan untuk memisahkan siapa yang menang dan siapa yang kalah di mana yang menang dapat bertanding kembali. Dibabak kedua, pasangan sapi pada kelompok pemenang akan dipertandingkan kembali, demikian juga pada sapi-sapi dalam kelompok yang kalah. Babak ketiga atau semifinal, pada babak ini sapi yang menang pada masing-masing kelompok diadu kembali untuk menentukan tiga pasang sapi pemenang dan tiga sapi dari kelompok kalah. Hingga pada babak keempat atau babak final, diadakan untuk menentukan juara I, II, dan III dari kelompok kalah.

Namun, siapa yang sangka bahwa perlombaan yang hanya sebentar itu, nyatanya bisa menghabiskan biaya yang relatif besar. Sebab bisa dikatakan bahwa karapan sapi bukan sekadar ajang pelombaan, tetapi juga sebagai ajang pesta rakyat dan tradisi yang prestis karena bisa mengangkat status sosial seseorang.

Di sinilah biasanya mereka yang terlibat bisa menghabiskan banyak dana yang tak sedikit. Dimulai dari melatih hingga merawat sapi-sapi yang akan diperlombakan. Belum lagi sapi-sapi tersebut biasanya akan diberikan aneka jamu dan puluhan telur ayam setiap harinya agar sehat dan kuat. Terbayang bukan bagaimana seseorang menghabiskan biaya perawatan setiap bulannya belum lagi ditambah biaya ekstra menjelang perlombaan?

Namun, rasanya memang tak ada yang berlebihan dalam ajang sebuah perlombaan, apalagi untuk urusan tradisi dan budaya. Di balik biaya besar yang akan dikeluarkan, Nyatanya, karapan sapi di Madura berefek di beberapa bidang, salah satunya bidang ekonomi. Di mana menjadi tempat bagi masyarakat untuk berjualan.

Jadi, Anda berniat untuk melihat langsung karapan sapi di Madura? Jika, ya, masukkan Madura sebagai tempat liburan Anda di bulan Agustus, September, atau Oktober. (Herti Annisa)

Photo Credit : http://www.indonesia.travel

TAGS:

LINKS: