Articles | Seni & Budaya | 10 Jun 2015

The Blanco Renaissance Museum

Setelah mengikuti sign akhirnya sampai juga saya di Blanco Renaissance Museum. Terletak di ketinggian tanah ubud tepatya di Campuhan Ubud Bali, berdiri megah museum yang beraksitektur campuran barat dan timur khususnya arsitektur bali, museum blanco seakan melengkapi kedamaian dan keindahan tanah ubud.

Masuk museum saya disapa dengan sekumpulan burung burung yang indah yang sudah jinak walau mereka termasuk burung yang besar tapi mereka sudah jinak jadi silahkan untuk bercengkrama dengan mereka. Disana juga ada penangkaran jalak bali yang sudah sangat langka jadi anda yang belum pernah tau burung asli Bali itu silahkan kesana.

Setelah puas bercengkrama dan berfoto sayapun diajak Ni Kadek Dewi staf dari Blanco museum untuk masuk dan melihat ke dalam museum, dengan keramahan khas bali yang menyejukkan Ni Kadek Dewi mulai menjelaskan tentang museum Blanco, mulai dari depan museum berdiri batu marmer besar menyerupai pintu masuk setinggi kurang lebih 15 meter.

Artsitektur pintu masuk ini adalah logo Blanco museum yang dibuat berdasarkan tanda tangan Don Antonio Blanco. Apabila tanda tangan Blanco dilipat maka terbentuklah gambar sebagaimana logo Blanco museum.

Setelah Ni Kadek Dewi menjelaskan tentang arsitektur logo pintu masuk, maka saya diajak untuk masuk ke dalam museum, di pintu masuk terdapat gambar dari sang maestro the Dali from Bali DON ANTONIO MARIA BLANCO maestro yang berdarah ibu Italia dan ayah Spanyol yang lahir di Philipines namun setelah merantau ke berbagai penjuru dunia akhirnya hatinya memilih Bali sebagai pelabuhan terakhirnya sebagai tanah tumpah darahnya yang ke dua yang sangat dia cintai, beliau berkarya, menikah membangun keluarga sampai akhir hayatnya dihabiskan di Bali.

Rasa terkagum kagum akan karya maestro Blanco-pun mulai saya rasakan keindahan lukisan juga serasa menyatu dengan frame yang membungkusnya dan semua itu adalah asli desain dari sang maestro. Sesekali saya sedikit tersenyum bahkan tertawa mendengar penjelasan dari Ni kadek dewi, betapa sang maestro ini memiliki daya imaginasi yang sangat memukau, kebanyakan lukisan sang maestro ini temanya adalah wanita, sangat terlihat beliau sangat menyanjung wanita, baginya wanita adalah sumber segalanya, keindahan, kedamaian, kesuburan, romansa, pembimbing dan penyanyang. Dengan gaya expresionis romantis maka rata rata para pengunjung museum akan terbawa pada cahaya pandang estetik bahwa melihat wanita sebagai expresi keindahan, bukan sebagai pornografi.

Dan dari sekian banyak lukisan ternyata inspirasi terbesarnya adalah sang istri tercinta Ni Rondji wanita yang telah memikat hatinya wanita yang paling paham akan kehidupan sang maestro, wanita yang telah memberikan 4 putra putri termasuk Mario Blanco yang sekarang memegang tongkat estafet dari ayahnya.

Dari Ni Rondji inilah sang maestro mendapat banyak power untuk selalu berkarya, sebagai istri juga sebagai penari, model lukisan, sampai menemani beliau bertemu para sahabat sahabat dari penjuru dunia, diantara para sahabat yang sering berkunjung adalah presiden pertama Indonesia Bung Karno.

Bung Karno sering mengunjungi sang maestro walau hanya sekedar ngobrol dan bertukar pikiran dan dengan kemahiran Ni Rondji menari kerapkali Ni Rondji menari di hadapan Bung Karno dan tamu para sahabat sang maestro dari belahan bumi yang lain, dan dengan bangga selalu Ni rondji mengenakan busana khas Bali.

Seperti janji beliau kepada Raja Ubud untuk memperkenalkan Bali ke penjuru dunia maka dengan konsisten maka sang maestro dan istri Ni Rondji menjadi duta wisata Indonesia khususnya Bali.

Satu persatu saya melihat dan menikmati keindahan lukisan sang maestro ditemani penjelasan Ni Kadek rasanya saya ingin lebih lama menikmati karya yang begitu spectakuler ini, setelah berkeliling dari lantai satu ke lantai dua, saya diajak ke bagian lain dari museum disana terpampang lukisan lukisan yang tidak kalah indahnya tapi berbeda tema dan aliran.

Ya ini adalah ruang dimana lukisan Mario Blanco dipamerkan mendapat titisan darah seni ternyata Mario Blanco juga mahir melukis walau tidak pernah mendapat arahan dari sang ayah.

Gaya Mario Blanco lebih ke Impresionis dengan tetep masih mengusung kesatuan antara lukisan dan frame seperti sang maestro Antonio Blanco. Setelah itu saya diajak masuk ke ruang studio dimana disinilah karya karya masterpieces-nya sang maestro Don Antonio Blanco dihasilkan, cukup lama saya berdiam diri disini mencoba merasakan atmosfer bagaimana sang maestro menumpahkan daya imaginasinya ke dalam kanvas walaupun sang maestro sudah tiada tapi aura semangat seakan masih terasa disitu.

Dengan interior yang sengaja dibiarkan seperti semula dengan beberapa lukisan yang menggantung dan ada yang sengaja dibiarkan bersandar didinding sebuah tempat yang begitu membawa aura imaginative bagi yang melihat. Dan sekarang tempat itu dipakai oleh Mario Blanco untuk melukis melanjutkan tongkat estafet dari sang ayah.

Setelah berkeliling museum saya sarankan bagi anda untuk menuju ke CAFÉ RONDJI. Café yang namanya diambil dari nama Ni Rondji istri dari sang maestro Don Antonio Blanco, disana anda dapat menikmati berbagai menu makanan dan minuman dengan suguhan alam Ubud yang indah, sejuk dan nyaman akan terasa lengkap hari berlibur dan bersantai anda.

Jadi bagi anda yang sedang berlibur ke bali terutama bagi anda yang mengklaim suka seni suatu keharusan untuk berkunjung ke THE BLANCO RENAISSANE MUSEUM, dengan tanda masuk 30 ribu rupiah untuk wisatawan domestic dan 80 ribu rupiah untung wisatawan asing dan itu sudah termasuk welcome drink Anda akan merasakan suatu sensasi liburan yang berbeda. Kalau anda ingin oleh oleh disitu juga disediakan aneka gift jadi akan semakin lengkap kunjungan Anda. So lets go…(Kuncoro Budi)

The Blanco Renaissance Museum
Jl. Raya Tjampuhan
Ubud - Bali 

TAGS:

LINKS: