







Layangan Tradisional di Museum Layang-Layang Indonesia
Mau melihat layang-layang tradisional Indonesia? Maka datanglah ke Museum Layang-Layang Indonesia. Jika Anda terbiasa hanya melihat layangan yang umum terbang di tengah lapangan yang sedang dimainkan anak-anak dengan motif biasa, maka museum mungkin bisa membuat Anda kaget.
Beragam bentuk dari yang dua dimensi hingga tiga dimensi, seperti bentuk delman, bentuk ikan, hingga naga. Beragam ukuran, mulai dari yang paling kecil sekitar 2 cm hingga yang puluhan meter. Dan terbuat dari berbagai macam bahan, mulai dari yang yang paling klasik seperti kertas hingga daun kalope serta kain tenun.
Secara keseluruhan, koleksi di Museum Layang-Layang Indonesia terdiri dari tiga kategori, yakni layang-layang tradisional, layang-layang 3D, dan layang-layang olahraga. Kali ini kami akan membahas layang-layang tradisional yang menjadi koleksi museum yang berdiri sejak 2003 lalu.
Layang-Layang Geulayang
Jika dilihat dari bawah, layang-layang Geulayang tampak mirip seperti seekor burung elang yang sedang terbang. Biasanya, layangan jenis ini banyak ditemui di Nangroe Aceh Darussalam. Masyarakat sekitar banyak memodifikasi bentuk layang-layang dengan menambahkan kepala, sayap, badan, kaki, serta ekor. Tak hanya sebagai permainan, Layang-layang Kleung merupakan sarana yang biasa digunakan setelah masa panen atau musim ujung barat. Biasanya adu layang-layang Kleung dilakukan di tengah lapangan atau persawagan setelah masyarakat memebrishkan sawah terlebih dahulu dari tumpukan padi. Layangan ini memiliki lebar sayap sekitar dua meter dengan ketinggian kepala sampai ujung kipas ekornya kurang lebih 2 meter.
Layang-Layang Koangan
Layang-layang ini merupakan layang-layang tradisional yang berasal dari DKI Jakarta. Mungkin jenis layang-layang ini sering Anda temui di warung-warung yang menjual layangan. Rangkanya terbuat dari bambu yang diraut agar lebih kuat dan badan layangannya dibungkus dengan ketas minyak. Layang-layang Koangan dilengkapi dengan bunyi-bunyian yang merdu sehingga lebih dikenal dengan layang koang.
Layang-Layang Kaghati
Layang-layang Kaghiti yang berasal dari Pulau Muna, Sulawesi Tenggara ini dikatakan sebagai layangan pertama di Indonesia. Usianya diperkirakan 4.000 tahun. Yang membuat layang-layang tersebut cukup unik adalah bahannya. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Kaghati adalah bambu/buluh, serat daun nenas (nenas belanda/neneas kista, lat. ageve cantala), serat kulit batang kalolonda (jaring), daun ubi hutan (oroo kolope), agel dan rotan. Masyarakat Pulau Muna percaya bahwa layang-layang dapat berfungsi sebagai payung yang akan menjaga pemiliknya dari sengatan matahari saat meninggal suatu hari nanti. Konon, tali layangan yang bernaung di bawah layang-layang tersebut menjadi tumpuan mereka saat berpulang.
Dandang Laki dan Dandang Bini
Dandang Laki dan Dandang Bini merupakan pasangan layangan yang berasal dari Rantau, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Pengambilan kata dandang, memang dari sebuah nama alat memasak nasi sejenis panci. Pasangan layangan ini biasanya diterbangkan saat ada acara pernikahan dan pengharapan akan membawa panen berlimpah dan kemakmuran bagi masyarakat di sana.
Jika Anda tahu burung Enggang atau burung Rangkong, maka sepintas layang-layang Dandang Laki dan Dandang Bini memiliki bentuk yang sama. Memang, masyarakat terilhami dari wujud salah satu jenis burung yang hidup di Kalimantan Selatan tersebut. Untuk membuat wujudnya persis dengan burung Enggang, layang-layang Dandang Laki dilengkapi dengan alat bunyi yang disebut dengan Dengung dan dipasang di atas pundak kanan dan kiri layang-layang. Suara yang keluar dari Dengung terdengar merdu saat Dandang Laki diterbangkan.
Layang-Layang Pepetengan
Layang-Layang Pepetangan di Museum Layang-Layang Indonesia memiliki corak gambar Cepot di bagian tengah. Ya, layangan ini memang berasal dari Jawa Barat dan tokoh Copet menjadi simbolnya. Umumnya, masyarakat sekitar memainkan layang-layang sebagai pengisi waktu senggang dan dimanfaatkan untuk menangkap kelelawar.
Layang-Layang Janggan
Nah, kalau jenis yang satu ini kemungkinan besar pengunjung akan melihat kepala naganya saja yang menjadi bentuk dari layang-layang Janggan. Maklum, ekornya sangat panjang, bisa mencapai 250 meter. Layang-layang Janggan ini merupakan layangan yang berasal dari Bali. Umumnya, layang-layang Janggan berbentuk ular atau naga yang ceritanya banyak tersebar di tengah masyarakay Bali. Perlu belasan orang untuk menerbangkan jenis layang-layang ini. (Herti Annisa)
Museum Layang-Layang Indonesia
Jalan H. Kamang No. 38
Pondok Labu, Jakarta Selatan
Buka: Setiap hari kecuali libur nasional
Pukul: 09.00-16.00 WIB
Telepon: 021-7658075, 021-7505112
HTM:
Rp 15.000 (audiovisual, tour dan membuat layang-layang)
Rp 60.000 (membuat keramik/melukis payung/melukis keramik)
Rp 50.000 (membatik/melukis layang-layang/ wayang/ topeng/ lampion)
LINKS:
- Meja Tulis | Kursi Lesehan | Lemari Pakaian | Meja Belajar Anak
- Distributor Manjun Seaweed | Distributor Laverland Crunch | Distributor Tong Garden
- Lemari Besi Tahan Api | Lemari Besi Tahan Bongkar | Brangkas Jakarta | Lemari arsip
- Jual Snack Import | Supermarket murah di Jakarta | Toko Buah di PIK | Supermarket di PIK
- Wisata Kuliner | Kuliner Jakarta | Kuliner Bandung | Kuliner Purwokerto | Kuliner Jogja | Kuliner Yogyakarta | Kuliner Bogor | Tempat Makan Enak Di Jakarta |
- The Hairloft Salon Jakarta | Hairloft Jakarta | Hairloft Kelapa Gading | Salon di Kelapa Gading
- Informasi Keluarga | Parenting Indonesia | Informasi Ibu dan Anak