Articles | Seni & Budaya | 06 Apr 2015

Kebo Keboan Prosesi Adat Yang Sakral

Indonesia memang terkenal sangat kaya akan kebudayaannya yang melimpah disamping alamnya, mulai dari sabang sampai merauke tidak akan ada habis habisnya kalau diulas. Kali ini saya akan mengulas ritual tentang prosesi KEBO KEBOAN Banyuwangi ditemani budayawan Banyuwangi mas Budiosing disamping kemasannya yang unik menurut saya ternyata menyimpan sebuah cerita sakral dibalik itu.

Kebo keboan ini diadakan masyarakat Osing yang ada di Desa Alasmalang ( kecamatan Singojuruh ) dan Desa Aliyan ( kecamatan Rogojampi ) dibalik tampilannya yang sangat unik dan menarik ritual kebo keboan ternyata menyimpan sisi mistis dan sakral. Ritual ini sudah ada kisaran abad 17 dan digagas oleh tokoh adat bernama Buyut Karti.

Konon, ritual ini pertama kali dilakukan ketika Desa Alasmalang kala itu dilanda wabah penyakit berkepanjangan yang disebut brindheng atau pageblug. Jadi apabila ada warga yang terserang penyakit pagi hari maka sore harinya meninggal, dan apabila terserang malam hari maka pagi harinya meninggal dunia. Disamping terkena pageblug wabah penyakit saat itu warga desa Alasmalang juga tertimpa musibah gagal panen karena terserang hama tikus secara besar besaran.

Ditengah situasi yang mencekam Buyut Karti akhirnya mengambil suatu tindakan untuk melakukan ritual ruwatan desa guna melenyapkan pageblug dan hama tikus. Akhirnya Buyut Karti mengumpulkan warga desa untuk menjadi kebo keboan yaitu berdandan ala kerbau itulah kenapa dinamakan kebo koboan.

Ritual Kebo keboan terbagi atas beberapa tahapan. Tujuh hari sebelum acara sang pawang yang masih keturunan dari Buyut Karti melakukan meditasi dibeberapa tempat yang dianggap kramat yaitu di Watu Loso ( batu yang menyerupai tikar), watu Gajah ( batu yang menyerupai gajah ) dan Watu Tumpeng ( batu yang menyerupai tumpeng ) dalam meditasi disediakan juga sesaji nasi tumpeng lengkap yang nanti akan dibagikan kepada masyarakat yang hadir.

Selanjutnya pada hari pelaksanaan ( tentunya seperti yang telah ditentukan ) rombongan yang terdiri dari Pawang, pemeran Dewi Sri, pemeran kebo keboan serta masyarakat. Rombongan yang disebut IDER BUMI ini akan berjalan menuju sebuah bendungan sungai, kemudian bendungan itu dibuka sehingga airnya mengalir ke jalan jalan desa, seiring dengan itu bau asap kemenyan dan dupa merebak seantero sudut desa.

Usai dari bendungan rombongan melanjutkan perjalanannya ke area persawahan yang sudah siap tanam, disitu para pemeran kebo keboan tadi melakukan treatrikal membajak sawah yang kemudian dilanjutkan adegan menebar benih padi, nah disitulah puncaknya dimana bulir padi yang dipercaya masyarakat sangat bertuah diperebutkan oleh masyarakat namun usaha para masyarakat untuk mendapatkan bulir padi tadi tidaklah mudah karena sang kebo keboan yang sudah diberi mantra tadi akan menjaga bulir padi tadi dengan menyeruduk setiap orang yang berusaha untuk mengambilnya.

Bulir padi itulah yang dipercaya oleh masyarakat sebagai penolak bala dan dapat mendatangkan keberuntungan. Pertanyaannya kenapa harus berperan seperti kerbau? Menurut tokoh adat karena kerbau adalah mitra petani yang keberadaannya harus dipertahankan. Dan ritual kebo keboan ini ditutup dengan pagelaran wayang kulit malam harinya. (Kuncoro Budi)

Photo Credit : Budiosing Setianto

TAGS:

LINKS: