Articles | Seni & Budaya | 11 Mar 2015

Gandrung Dalam Sejarah Banyuwangi

Malam itu kita sengaja untuk janjian ketemuan di Pondok Kopi Wina saya dari greatindonesia dan mas Budi osing salah satu budayawan Banyuwangi yang sekarang juga menekuni bidang fotografi, ditemani mas hendra owner dari pondok kopi wina kita mulai ngobrol.

Obrolan kita dimulai tentang Gandrung Banyuwangi serta cikal bakalnya. Selama ini saya atau mungkin masyarakat Banyuwangi yang lain belum paham akan sejarah cikal bakalnya kesenian gandrung itu sendiri dan hanya tau ini lho tari Gandrung khas Banyuwangi tanpa mengetahui cerita dibalik itu.

Konon ceritanya kesenian ini timbul sebagai bentuk dan alat komunikasi antar masyarakat osing yang tersisa dan tercerai berai akibat dari perang besar puputan bayu. Untuk menjalin komunikasi diantara masyarakat osing yang tercerai berai itu dibuatlah suatu kesenian yang awalnya ditarikan oleh kaum laki-laki yang lebih terkenal dengan sebutan Gandrung Marsan, hal ini dilakukan mungkin karena kaum laki-laki akan dengan mudah untuk melewati hutan hutan untuk menyampaikan misi yang diemban.

Tiba tiba obrolan kita sejenak terhenti didepan saya sudah tersuguhkan secangkir kopi yang dari tampilannya sama seperti kopi cappucino biasa tapi setelah disruput spontan kata kata “celeng” “ nagud” dan sebagainya keluar bukan sebagai umpatan tapi expresi diri dari perwakilan rasa yang tidak bisa dituangkan dalam bahasa (Konon katanya awal terbentuknya kata “ celeng” “ babi” itu juga bukan kata umpatan tapi sebagai kata penanda suatu kelompok masyarakat osing yang tercerai berai karena perang puputan bayu tersebut, jadi apabila mereka bertemu kata awal yang keluar sebagai penanda mereka bagian dari suku osing adalah “ celeng” ,“babi” atau “asu” dan apabila tidak dijawab dengan kata kata tadi berarti mereka bukan dari suku osing).

Ini bukan kopi biasa sebagai pencinta kopi saya bisa menjaminnya bahwa ini world class coffee belum pernah merasakan racikan kopi seperti ini, atau anda datang sendiri untuk membuktikannya, tapi jangan lihat di daftar menu tapi mintalah kopi special kopi celeng begitu saya dan mas budi osing menyebutnya.

Dan obrolan pun berlanjut, sempat mengalami pasang surut, terpinggirkan dan mendapatkan stigma negatif sekarang Gandrung Banyuwangi mulai menggeliat lagi seiring meningkatnya kecintaan masyarakat Banyuwangi akan kota dan tanah kelahirannya. Pertunjukan gandrung ada dimana mana hampir disetiap acara ada, sadar akan kekuatan budaya gandrung maka bupati Banyuwangi H Abdullah Azwar Anas menggagas pagelaran “GANDRUNG SEWU” sebuah pentas kolosal tari gandrung yang diikuti oleh kurang lebih 1000 penari gandrung dipinggiran pantai boom Banyuwangi. Decak kagum akan kesuksesan acara itu bukan hanya datang dari masyarakat local tapi juga masyarakat luar Banyuwangi bahkan mancanegera dan makin menguatkan julukan Banyuwangi sebagai kota Gandrung.

Stigma gandrung yang dulu negatif sekarang sudah terhapus oleh pesona gandrung itu sendiri, sebagai kesenian rakyat Banyuwangi gandrung sekarang sudah melanglang buana seantero dunia melahirkan tokoh-tokoh gandrung dari SEMI sampai SUPINAH bukan hanya sebagai duta daerah tapi duta bangsa. Sebagai rakyat Indonesia khususnya Banyuwangi seharusnya bangga akan kekayaan hasanah budayanya. Dan tidak bisa dipungkiri Gandrung ini sebagai motor penggerak dan memiliki andil besar akan kesuksesan dunia pariwisata Indonesia khususnya Banyuwangi. (Kuncoro Budi)

Photo Credit : Budiosing Setianto

TAGS:

LINKS: